Tata Surya
Tata Surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas
sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya
gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah
diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit
alami yang telah diidentifikasi, dan jutaan benda langit (meteor, asteroid,
komet) lainnya.
Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian
dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah
Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di daerah
terjauh yang berjarak sekitar seribu kali di luar bagian yang terluar.
Berdasarkan jaraknya dari Matahari, kedelapan planet Tata
Surya ialah Merkurius (57,9 juta km), Venus (108 juta km), Bumi (150 juta km),
Mars (228 juta km), Jupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta km), Uranus
(2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km). Keempat planet terdalam, yaitu
Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars adalah planet kebumian yang terdiri atas
batuan dan logam. Sementara itu, keempat planet terluar adalah planet raksasa
yang jauh lebih besar dari planet kebumian. Dua planet terbesar, yaitu Jupiter
dan Saturnus adalah planet raksasa gas yang sebagian bersar terdiri atas
hidrogen dan helium. Dua planet lainnya, Uranus dan Neptunus, adalah planet
raksasa es yang terdiri atas senyawa dengan titik leleh lebih tinggi dari
hidrogen dan helium, disebut senyawa volatil seperti air, amonia, dan metana.
Sejak pertengahan 2008, ada lima objek angkasa yang
diklasifikasikan sebagai planet katai. Orbit planet-planet katai, kecuali
Ceres, berada lebih jauh dari Neptunus. Kelima planet katai tersebut ialah
Ceres (415 juta km. di sabuk asteroid; dulunya diklasifikasikan sebagai planet
kelima), Pluto (5.906 juta km.; dulunya diklasifikasikan sebagai planet
kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 juta km), dan Eris (10.100
juta km).
Enam dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet katai
itu dikelilingi oleh satelit alami. Masing-masing planet bagian luar
dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri dari debu dan partikel lain.
Asal usul
Banyak hipotesis tentang asal
usul Tata Surya telah dikemukakan para ahli, beberapa di antaranya adalah:
Hipotesis Nebula
Hipotesis nebula pertama kali
dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688–1772) tahun 1734 dan disempurnakan
oleh Immanuel Kant (1724–1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga
dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace secara independen pada tahun 1796.
Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace,
menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut
ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang
sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu
menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya
menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan
berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling
Matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan
penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace
berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari planet-planet merupakan
konsekuensi dari pembentukan mereka.
Hipotesis Planetisimal
Hipotesis planetisimal pertama
kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun
1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk akibat
adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan Matahari, pada masa awal
pembentukan Matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada
permukaan Matahari, dan bersama proses internal Matahari, menarik materi
berulang kali dari Matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya
dua lengan spiral yang memanjang dari Matahari. Sementara sebagian besar materi
tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan
menjadi benda-benda berukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa
yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke
waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya
menjadi komet dan asteroid.
Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis pasang surut bintang
pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap
terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada Matahari. Keadaan yang hampir
bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari Matahari dan
bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi
menjadi planet.Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa
tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi. Demikian pula
astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis
tersebut.
Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya
dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905–1973) pada
tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari
bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar
awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915–2001) pada tahun 1956. Hipotesis
mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang hampir sama
ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan
serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang
tidak meledak dan mulai mengelilinginya.
Hipotesis Protoplanet
Teori ini dikemukakan oleh
Carl Van Weizsaecker, G.P. Kuipper dan Subrahmanyan Chandarasekar. Menurut
teori protoplanet, di sekitar matahari terdapat kabut gas yang membentuk
gumpalan-gumpalan yang secara evolusi berangsur-angsur menjadi gumpalan padat. Gumpalan
kabut gas tersebut dinamakan protoplanet
Sejarah
penemuan
Lima planet terdekat ke
Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus) telah
dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata
telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing
planet.[butuh rujukan]
Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa manusia untuk memahami
benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo Galilei (1564–1642)
dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata manusia "lebih
tajam" dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata
telanjang.[butuh rujukan]
Karena teleskop Galileo bisa
mengamati lebih tajam, ia bisa melihat berbagai perubahan bentuk penampakan
Venus, seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi
Venus terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari makin memperkuat
teori heliosentris, yaitu bahwa Matahari adalah pusat alam semesta, bukan Bumi,
yang sebelumnya digagas oleh Nicolaus Copernicus (1473–1543). Susunan
heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh Merkurius hingga Saturnus.
Teleskop Galileo terus
disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens (1629–1695) yang
menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada hampir 2 kali jarak orbit
Bumi-Jupiter.
Perkembangan teleskop juga
diimbangi pula dengan perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit dan
hubungan satu dengan yang lain melalui Johannes Kepler (1571–1630) dengan Hukum
Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642–1727) dengan hukum gravitasi.
Dengan dua teori perhitungan inilah yang memungkinkan pencarian dan perhitungan
benda-benda langit selanjutnya.
Pada 1781, William Herschel
(1738–1822) menemukan Uranus.[5] Perhitungan yang dilakukan pada orbit Uranus
mendapati bahwa orbit planet tersebut terpengaruh oleh benda langit lain yang
belum diketahui saat itu. Menggunakan perhitungan yang sama, para astronom menemukan
Neptunus pada 1846.
Penemuan Neptunus ternyata
tidak cukup menjelaskan gangguan pada orbit Uranus. Kondisi ini memunculkan
hipotesis planet lain, "Planet X", yang masih belum ditemukan.
Pencarian tersebut berujung pada penemuan Pluto pada 1930 oleh Clyde Tombaugh.
Pada saat Pluto ditemukan, objek tersebut hanya diketahui sebagai satu-satunya
objek antariksa yang berada di luar orbit Neptunus. Pada 1978, Charon, satelit
terbesar yang mengelilingi Pluto ditemukan. Charon ditemukan melalui analisis
piringan fotografik yang menunjukkan adanya "benjolan" di sisi Pluto.
Para astronom kemudian
menemukan sekitar 1.000 objek kecil lainnya yang letaknya melampaui Neptunus
(disebut objek trans-Neptunus), yang juga mengelilingi Matahari. Terdapat
sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai Objek Sabuk Kuiper (Sabuk
Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit
termasuk dalam Objek Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni
2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus,
Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004).
Penemuan 2003 EL61 cukup
menghebohkan karena Objek Sabuk Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit pada
Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah
penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya
Xena. Selain lebih besar dari Pluto, objek ini juga memiliki satelit.
Matahari
Artikel utama: Matahari
Matahari adalah
bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen utama sistem Tata Surya ini. Bintang ini berukuran 332.830 massa bumi. Massa yang besar ini menyebabkan
kepadatan inti yang cukup besar untuk bisa mendukung kesinambungan fusi nuklir dan
menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini dipancarkan ke
luar angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetik, termasuk spektrum optik.
Matahari
dikategorikan ke dalam bintang katai kuning (tipe G V) yang berukuran tengahan,
tetapi nama ini bisa menyebabkan kesalahpahaman, karena dibandingkan dengan
bintang-bintang yang ada di dalam galaksi Bima Sakti, Matahari termasuk cukup
besar dan cemerlang. Bintang diklasifikasikan dengan diagram Hertzsprung-Russell, yaitu sebuah
grafik yang menggambarkan hubungan nilai luminositas sebuah
bintang terhadap suhu permukaannya. Secara umum, bintang yang lebih panas akan
lebih cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti pola ini dikatakan terletak
pada deret
utama, dan Matahari letaknya persis di tengah deret ini. Akan
tetapi, bintang-bintang yang lebih cemerlang dan lebih panas dari Matahari
adalah langka, sedangkan bintang-bintang yang lebih redup dan dingin adalah
umum.[21]
Dipercayai
bahwa posisi Matahari pada deret utama secara umum merupakan "puncak
hidup" dari sebuah bintang, karena belum habisnya hidrogen yang tersimpan
untuk fusi nuklir. Saat ini Matahari tumbuh semakin cemerlang. Pada awal
kehidupannya, tingkat kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen dari
kecermelangan sekarang.[22]
Matahari
secara metalisitas dikategorikan
sebagai bintang "populasi I". Bintang kategori ini terbentuk lebih
akhir pada tingkat evolusi alam semesta,
sehingga mengandung lebih banyak unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan
helium ("metal" dalam sebutan astronomi) dibandingkan dengan bintang
"populasi II".[23] Unsur-unsur yang lebih berat
daripada hidrogen dan helium terbentuk di dalam inti bintang
purba yang kemudian meledak. Bintang-bintang generasi pertama perlu punah
terlebih dahulu sebelum alam semesta dapat dipenuhi oleh unsur-unsur yang lebih
berat ini.
Bintang-bintang
tertua mengandung sangat sedikit metal, sedangkan bintang baru mempunyai
kandungan metal yang lebih tinggi. Tingkat metalitas yang tinggi ini
diperkirakan mempunyai pengaruh penting pada pembentukan sistem Tata Surya,
karena terbentuknya planet adalah hasil penggumpalan metal.[24]
Medium antarplanet
Di samping
cahaya, matahari juga
secara berkesinambungan memancarkan semburan partikel bermuatan (plasma) yang dikenal sebagai angin surya.
Semburan partikel ini menyebar keluar kira-kira pada kecepatan 1,5 juta
kilometer per jam,[25] menciptakan atmosfer tipis (heliosfer)
yang merambah Tata Surya paling tidak sejauh 100 SA (lihat juga heliopause).
Kesemuanya ini disebut medium
antarplanet.
Badai
geomagnetis pada permukaan Matahari, seperti semburan Matahari (solar flares) dan lontaran
massa korona (coronal
mass ejection) menyebabkan gangguan pada heliosfer, menciptakan
cuaca ruang angkasa.[26] Struktur terbesar dari heliosfer
dinamai lembar aliran heliosfer (heliospheric current sheet), sebuah spiral
yang terjadi karena gerak rotasi magnetis Matahari terhadap medium antarplanet.[27][28] Medan magnet bumi
mencegah atmosfer
bumi berinteraksi dengan angin surya. Venus dan Mars yang tidak memiliki medan magnet,
atmosfernya habis terkikis ke luar angkasa.[29] Interaksi antara angin surya dan
medan magnet bumi menyebabkan terjadinya aurora, yang dapat dilihat dekat kutub
magnetik bumi.[30]
Heliosfer
juga berperan melindungi Tata Surya dari sinar kosmik yang
berasal dari luar Tata Surya. Medan magnet planet-planet menambah peran
perlindungan selanjutnya. Densitas sinar kosmik pada medium
antarbintang dan kekuatan medan magnet Matahari
mengalami perubahan pada skala waktu yang sangat panjang, sehingga derajat
radiasi kosmis di dalam Tata Surya sendiri adalah bervariasi, meski tidak
diketahui seberapa besar.[31]
Medium
antarplanet juga merupakan tempat beradanya paling tidak dua daerah mirip
piringan yang berisi debu kosmis. Yang pertama, awan debu zodiak, terletak di
Tata Surya bagian dalam dan merupakan penyebab cahaya zodiak. Ini kemungkinan
terbentuk dari tabrakan dalam sabuk asteroid yang
disebabkan oleh interaksi dengan planet-planet.[32] Daerah kedua membentang antara 10 SA
sampai sekitar 40 SA, dan mungkin disebabkan oleh tabrakan yang mirip tetapi
tejadi di dalam Sabuk
Kuiper.[33][34]
Tata Surya bagian dalam
Tata
Surya bagian dalam adalah nama umum yang mencakup planet kebumian dan asteroid.
Terutama terbuat dari silikat dan
logam, objek dari Tata Surya bagian dalam melingkup dekat dengan matahari,
radius dari seluruh daerah ini lebih pendek dari jarak antara Jupiter dan
Saturnus.
Planet-planet bagian dalam
Artikel utama: Planet kebumian
Planet-planet bagian dalam. Dari kiri ke kanan: Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars (ukuran menurut skala)
Empat planet bagian dalam atau planet kebumian
(terrestrial planet) memiliki
komposisi batuan yang padat,[35] hampir tidak mempunyai atau tidak
mempunyai satelit dan tidak mempunyai sistem cincin. Komposisi Planet-planet
ini terutama adalah mineral bertitik leleh tinggi, seperti silikat yang
membentuk kerak dan selubung, dan logam seperti besi dan nikel yang membentuk
intinya. Tiga dari empat planet ini (Venus, Bumi dan Mars) memiliki atmosfer,
semuanya memiliki kawah meteor dan sifat-sifat permukaan tektonis seperti
gunung berapi dan lembah pecahan. Planet yang letaknya di antara Matahari dan
bumi (Merkurius dan Venus) disebut juga planet inferior.
Merkurius
Artikel utama: Merkurius
Merkurius (0,4 SA dari Matahari)
adalah planet terdekat dari Matahari serta juga terkecil (0,055 massa bumi).
Merkurius tidak memiliki satelit alami dan ciri geologisnya di samping kawah
meteorid yang diketahui adalah lobed
ridges atau rupes,
kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal sejarahnya.[36] Atmosfer Merkurius
yang hampir bisa diabaikan terdiri dari atom-atom yang terlepas dari
permukaannya karena semburan angin surya.[37] Besarnya inti besi
dan tipisnya kerak Merkurius masih belum bisa dapat diterangkan. Menurut dugaan
hipotesis lapisan luar planet ini terlepas setelah terjadi tabrakan raksasa,
dan perkembangan ("akresi") penuhnya terhambat oleh energi awal
Matahari.[38][39]
Venus
Artikel
utama: Venus
Venus (0,7 SA dari Matahari)
berukuran mirip bumi (0,815 massa bumi). Dan seperti bumi, planet ini memiliki selimut kulit
silikat yang tebal dan berinti besi, atmosfernya juga tebal dan memiliki
aktivitas geologi. Akan tetapi planet ini lebih kering dari bumi dan
atmosfernya sembilan kali lebih padat dari bumi. Venus tidak memiliki satelit.
Venus adalah planet terpanas dengan suhu permukaan mencapai 400 °C,
kemungkinan besar disebabkan jumlah gas rumah kaca yang terkandung di dalam
atmosfer.[40] Sejauh ini aktivitas
geologis Venus belum dideteksi, tetapi karena planet ini tidak memiliki medan
magnet yang bisa mencegah habisnya atmosfer, diduga sumber atmosfer Venus
berasal dari gunung berapi.[41]
Bumi
Artikel
utama: Bumi
Bumi (1 SA dari Matahari)
adalah planet bagian dalam yang terbesar dan terpadat, satu-satunya yang
diketahui memiliki aktivitas geologi dan satu-satunya planet yang diketahui
memiliki mahluk hidup.70% bagian bumi ditutup oleh air sedangkan 30%bumi
ditutupi oleh daratan. Hidrosfernya yang cair adalah khas di antara
planet-planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet yang diamati
memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda dibandingkan
planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang
menghasilkan 21% oksigen.[42] Bumi memiliki
satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar dari
planet kebumian di dalam Tata Surya.
Mars
Artikel
utama: Mars
Mars (1,5 SA dari Matahari)
berukuran lebih kecil dari bumi dan Venus (0,107 massa bumi). Planet ini
memiliki atmosfer tipis yang kandungan utamanya adalah karbon dioksida.
Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi raksasa seperti Olympus Mons dan
lembah retakan seperti Valles marineris,
menunjukan aktivitas geologis yang terus terjadi sampai baru belakangan ini.
Warna merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya besi.[43] Mars mempunyai dua
satelit alami kecil (Deimos dan Fobos) yang diduga merupakan asteroid yang
terjebak gravitasi Mars.[44]
Sabuk asteroid
Artikel
utama: Sabuk
asteroid
Sabuk asteroid utama dan
asteroid Troya
Asteroid secara
umum adalah objek Tata Surya yang terdiri dari batuan dan mineral logam beku.[45]
Sabuk asteroid utama
terletak di antara orbit Mars dan Jupiter, berjarak antara 2,3 dan 3,3 SA
dari matahari,
diduga merupakan sisa dari bahan formasi Tata Surya yang gagal menggumpal
karena pengaruh gravitasi Jupiter.[46]
Gradasi
ukuran asteroid adalah ratusan kilometer sampai mikroskopis. Semua asteroid,
kecuali Ceres yang
terbesar, diklasifikasikan sebagai benda
kecil Tata Surya. Beberapa asteroid seperti Vesta dan Hygiea mungkin akan diklasifikasi
sebagai planet
katai jika terbukti telah mencapai kesetimbangan hidrostatik.[47]
Sabuk
asteroid terdiri dari beribu-ribu, mungkin jutaan objek yang berdiameter satu
kilometer.[48] Meskipun demikian, massa total dari
sabuk utama ini tidaklah lebih dari seperseribu massa bumi.[49] Sabuk utama tidaklah rapat, kapal
ruang angkasa secara rutin menerobos daerah ini tanpa mengalami kecelakaan.
Asteroid yang berdiameter antara 10 dan 10−4 m
disebut meteorid.[50]
Ceres
Artikel
utama: Ceres
Ceres
Ceres (2,77 SA) adalah benda terbesar di sabuk asteroid dan
diklasifikasikan sebagai planet katai. Diameternya adalah sedikit kurang dari
1000 km, cukup besar untuk memiliki gravitasi sendiri untuk menggumpal
membentuk bundaran. Ceres dianggap sebagai planet ketika ditemukan pada abad ke
19, tetapi di-reklasifikasi menjadi asteroid pada tahun 1850-an setelah
observasi lebih lanjut menemukan beberapa asteroid lagi.[51] Ceres direklasifikasi lanjut pada
tahun 2006 sebagai planet katai.[52]
Kelompok
asteroid
Asteroid pada
sabuk utama dibagi menjadi kelompok dan keluarga asteroid bedasarkan
sifat-sifat orbitnya. satelit asteroid adalah asteroid yang mengedari asteroid
yang lebih besar. Mereka tidak mudah dibedakan dari satelit-satelit planet,
kadang kala hampir sebesar pasangannya. Sabuk asteroid juga memiliki komet
sabuk utama yang mungkin merupakan sumber air bumi.[53]
Asteroid-asteroid
Trojan terletak di titik L4 atau
L5 Jupiter (daerah gravitasi stabil yang
berada di depan dan belakang sebuah orbit planet), sebutan "trojan"
sering digunakan untuk objek-objek kecil pada Titik Langrange dari sebuah planet atau
satelit.[54] Kelompok Asteroid Hilda terletak di
orbit resonansi 2:3 dari Jupiter, yang artinya kelompok ini mengedari Matahari
tiga kali untuk setiap dua edaran Jupiter.
Bagian
dalam Tata Surya juga dipenuhi oleh asteroid liar, yang banyak memotong
orbit-orbit planet planet bagian dalam.
Tata Surya bagian luar
Pada
bagian luar dari Tata Surya terdapat gas-gas raksasa dengan satelit-satelitnya
yang berukuran planet. Banyak komet berperioda pendek termasuk beberapa
Centaur, juga berorbit di daerah ini. Badan-badan padat di daerah ini
mengandung jumlah volatil (contoh:
air, amonia, metan, yang sering disebut "es" dalam peristilahan ilmu
keplanetan) yang lebih tinggi dibandingkan planet batuan di bagian dalam Tata
Surya.
Planet-planet luar
Artikel
utama: Raksasa
gas
Raksasa-raksasa gas dalam Tata
Surya dan Matahari, berdasarkan skala
Keempat
planet luar, yang disebut juga planet raksasa gas (gas giant), atau planet jovian,
secara keseluruhan mencakup 99 persen massa yang mengorbit Matahari. Jupiter
dan Saturnus sebagian besar mengandung hidrogen dan helium; Uranus dan Neptunus memiliki proporsi
es yang lebih besar. Para astronom mengusulkan bahwa keduanya dikategorikan
sendiri sebagai raksasa es.[55] Keempat raksasa gas ini semuanya
memiliki cincin, meski hanya sistem cincin Saturnus yang dapat dilihat dengan
mudah dari bumi.
Jupiter
Artikel
utama: Jupiter
Jupiter (5,2 SA), dengan 318 kali
massa bumi, adalah 2,5 kali massa dari gabungan seluruh planet lainnya.
Kandungan utamanya adalah hidrogen dan helium. Sumber panas di dalam Jupiter
menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-permanen pada atmosfernya, sebagai
contoh pita pita awan dan Bintik
Merah Raksasa. Sejauh yang diketahui Jupiter memiliki 63
satelit. Empat yang terbesar, Ganimede, Kalisto, Io, dan Europa menampakan
kemiripan dengan planet kebumian, seperti gunung berapi dan inti yang panas.[56] Ganimede, yang
merupakan satelit terbesar di Tata Surya, berukuran lebih besar dari Merkurius.
Saturnus
Artikel
utama: Saturnus
Saturnus (9,5 SA) yang dikenal
dengan sistem cincinnya, memiliki beberapa kesamaan dengan Jupiter, sebagai
contoh komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus sebesar 60% volume Jupiter,
planet ini hanya memiliki massa kurang dari sepertiga Jupiter atau 95 kali
massa bumi, membuat planet ini sebuah planet yang paling tidak padat di Tata
Surya.[57] Saturnus memiliki 60
satelit yang diketahui sejauh ini (dan 3 yang belum dipastikan) dua di
antaranya Titan dan Enceladus,
menunjukan aktivitas geologis, meski hampir terdiri hanya dari es saja.[58] Titan berukuran
lebih besar dari Merkurius dan
merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang memiliki atmosfer yang cukup
berarti.
Uranus
Artikel
utama: Uranus
Uranus (19,6 SA) yang memiliki
14 kali massa bumi, adalah planet yang paling ringan di antara planet-planet
luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus mengedari Matahari dengan
bujkuran poros 90 derajat pada ekliptika. Planet
ini memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya
sedikit memancarkan energi panas.[59] Uranus memiliki 27
satelit yang diketahui, yang terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel
dan Miranda.
Neptunus
Artikel
utama: Neptunus
Neptunus (30 SA) meskipun sedikit
lebih kecil dari Uranus, memiliki 17 kali massa bumi, sehingga membuatnya lebih
padat. Planet ini memancarkan panas dari dalam tetapi tidak sebanyak Jupiter
atau Saturnus.[60] Neptunus memiliki 13
satelit yang diketahui. Yang terbesar, Triton, geologinya aktif, dan memiliki
geyser nitrogen cair.[61] Triton adalah
satu-satunya satelit besar yang orbitnya terbalik arah (retrograde). Neptunus juga didampingi
beberapa planet minor pada orbitnya, yang disebut Trojan Neptunus. Benda-benda
ini memiliki resonansi 1:1 dengan Neptunus.
Komet
Artikel
utama: Komet
Komet Hale-Bopp
Komet adalah badan Tata Surya kecil,
biasanya hanya berukuran beberapa kilometer, dan terbuat dari es volatil. Badan-badan ini memiliki
eksentrisitas orbit tinggi, secara umum perihelion-nya
terletak di planet-planet bagian dalam dan letak aphelion-nya
lebih jauh dari Pluto.
Saat sebuah komet memasuki Tata Surya bagian dalam, dekatnya jarak dari
Matahari menyebabkan permukaan esnya bersumblimasi dan berionisasi, yang
menghasilkan koma, ekor gas dan debu panjang, yang sering dapat dilihat dengan
mata telanjang.[62]
Komet
berperioda pendek memiliki kelangsungan orbit kurang dari dua ratus tahun.
Sedangkan komet berperioda panjang memiliki orbit yang berlangsung ribuan
tahun. Komet berperioda pendek dipercaya berasal dari Sabuk Kuiper,[63] sedangkan komet berperioda panjang,
seperti Hale-bopp, berasal dari Awan Oort.
Banyak kelompok komet, seperti Kreutz Sungrazers, terbentuk dari pecahan
sebuah induk tunggal.[64] Sebagian komet berorbit hiperbolik
mungking berasal dari luar Tata Surya, tetapi menentukan jalur orbitnya secara
pasti sangatlah sulit.[65] Komet tua yang bahan volatilesnya
telah habis karena panas Matahari sering dikategorikan sebagai asteroid.[66]
Centaur
Centaur
adalah benda-benda es mirip komet yang poros semi-majornya lebih besar
dari Jupiter (5,5
SA) dan lebih kecil dari Neptunus (30 SA). Centaur terbesar yang diketahui
adalah, 10199
Chariklo, berdiameter 250 km.[67] Centaur temuan pertama, 2060 Chiron,
juga diklasifikasikan sebagai komet (95P) karena memiliki koma sama seperti
komet kalau mendekati Matahari.[68] Beberapa astronom mengklasifikasikan
Centaurs sebagai objek sabuk Kuiper
sebaran-ke-dalam (inward-scattered
Kuiper belt objects), seiring dengan sebaran keluar yang bertempat
di piringan
tersebar (outward-scattered
residents of the scattered disc).[69]
Daerah trans-Neptunus
Plot seluruh objek sabuk Kuiper
Diagram yang menunjukkan
pembagian sabuk Kuiper
Daerah
yang terletak jauh melampaui Neptunus, atau daerah trans-Neptunus, sebagian
besar belum dieksplorasi. Menurut dugaan daerah ini sebagian besar terdiri dari
dunia-dunia kecil (yang terbesar memiliki diameter seperlima bumi dan bermassa
jauh lebih kecil dari bulan) dan terutama mengandung batu dan es. Daerah ini
juga dikenal sebagai daerah luar Tata Surya, meskipun berbagai
orang menggunakan istilah ini untuk daerah yang terletak melebihi sabuk
asteroid.
Sabuk Kuiper
Artikel
utama: Sabuk
Kuiper
Sabuk
Kuiper adalah sebuah cincin raksasa mirip dengan sabuk asteroid, tetapi
komposisi utamanya adalah es. Sabuk ini terletak antara 30 dan 50 SA, dan
terdiri dari benda
kecil Tata Surya. Meski demikian, beberapa objek Kuiper yang
terbesar, seperti Quaoar, Varuna,
dan Orcus,
mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet katai.
Para ilmuwan memperkirakan terdapat sekitar 100.000 objek Sabuk Kuiper yang
berdiameter lebih dari 50 km, tetapi diperkirakan massa total Sabuk Kuiper
hanya sepersepuluh massa bumi.[70] Banyak objek Kuiper memiliki satelit
ganda dan kebanyakan memiliki orbit di luar bidang eliptika.
Sabuk
Kuiper secara kasar bisa dibagi menjadi "sabuk klasik" dan resonansi.
Resonansi adalah orbit yang terkait pada Neptunus (contoh: dua orbit untuk
setiap tiga orbit Neptunus atau satu untuk setiap dua). Resonansi yang pertama
bermula pada Neptunus sendiri. Sabuk klasik terdiri dari objek yang tidak
memiliki resonansi dengan Neptunus, dan terletak sekitar 39,4 SA sampai 47,7 SA.[71] Anggota dari sabuk klasik
diklasifikasikan sebagai cubewanos,
setelah anggota jenis pertamanya ditemukan (15760) 1992QB1 [72]
Pluto dan
Charon
Artikel
utama: Pluto dan Charon
Pluto (rata-rata 39 SA), sebuah planet katai, adalah objek
terbesar sejauh ini di Sabuk Kuiper. Ketika ditemukan pada tahun 1930, benda
ini dianggap sebagai planet yang kesembilan, definisi ini diganti pada tahun
2006 dengan diangkatnya definisi formal planet. Pluto memiliki kemiringan orbit
cukup eksentrik (17 derajat dari bidang ekliptika) dan berjarak 29,7 SA dari
Matahari pada titik prihelion (sejarak orbit Neptunus) sampai 49,5 SA pada
titik aphelion.
Tidak
jelas apakah Charon,
satelit Pluto yang terbesar, akan terus diklasifikasikan sebagai satelit atau
menjadi sebuah planet katai juga. Pluto dan Charon, keduanya mengedari
titik barycenter gravitasi
di atas permukaannya, yang membuat Pluto-Charon sebuah sistem ganda. Dua
satelit yang jauh lebih kecil Nix dan Hydra juga mengedari Pluto dan Charon.
Pluto terletak pada sabuk resonan dan memiliki 3:2 resonansi dengan Neptunus,
yang berarti Pluto mengedari Matahari dua kali untuk setiap tiga edaran Neptunus.
Objek sabuk Kuiper yang orbitnya memiliki resonansi yang sama disebut plutino.[73]
Haumea
dan Makemake
Artikel
utama: Haumea dan Makemake
Haumea (rata-rata 43,34 SA) dan Makemake (rata-rata 45,79 SA) adalah dua objek terbesar
sejauh ini di dalam sabuk Kuiper klasik. Haumea adalah sebuah objek berbentuk
telur dan memiliki dua satelit. Makemake adalah objek paling cemerlang di sabuk
Kuiper setelah Pluto. Pada awalnya dinamai 2003 EL61 dan 2005 FY9, pada tahun 2008 diberi nama dan status
sebagai planet katai. Orbit keduanya berinklinasi jauh lebih membujur dari
Pluto (28° dan 29°) [74] dan lain seperti Pluto, keduanya tidak dipengaruhi oleh Neptunus,
sebagai bagian dari kelompok Objek Sabuk Kuiper klasik.
Piringan tersebar
Artikel
utama: Piringan
tersebar
Hitam: tersebar; biru: klasik;
hijau: resonan
Eris dan satelitnya Dysnomia
Piringan tersebar (scattered disc) berpotongan dengan sabuk
Kuiper dan menyebar keluar jauh lebih luas. Daerah ini diduga merupakan sumber
komet berperioda pendek. Objek piringan tersebar diduga terlempar ke orbit yang
tidak menentu karena pengaruh gravitasi dari gerakan migrasi awal Neptunus.
Kebanyakan objek piringan tersebar (scattered disc objects, atau SDO) memiliki
perihelion di dalam sabuk Kuiper dan apehelion hampir sejauh 150 SA dari
Matahari. Orbit OPT juga memiliki inklinasi tinggi pada bidang ekliptika dan
sering hampir bersudut siku-siku. Beberapa astronom menggolongkan piringan
tersebar hanya sebagai bagian dari sabuk Kuiper dan menjuluki piringan tersebar
sebagai "objek sabuk Kuiper tersebar" (scattered Kuiper belt objects).[75]
Eris
Artikel
utama: Eris
Eris (rata-rata 68 SA) adalah objek piringan tersebar terbesar
sejauh ini dan menyebabkan mulainya debat tentang definisi planet, karena Eris
hanya 5%lebih besar dari Pluto dan memiliki perkiraan diameter sekitar
2.400 km. Eris adalah planet katai terbesar yang diketahui dan memiliki
satu satelit, Dysnomia.[76] Seperti Pluto, orbitnya memiliki
eksentrisitas tinggi, dengan titik perihelion 38,2 SA (mirip jarak Pluto ke
Matahari) dan titik aphelion 97,6 SA dengan bidang ekliptika sangat membujur.
Daerah terjauh
Titik
tempat Tata Surya berakhir dan ruang antar bintang mulai tidaklah persis
terdefinisi. Batasan-batasan luar ini terbentuk dari dua gaya tekan yang
terpisah: angin surya dan gravitasi Matahari. Batasan terjauh pengaruh angin
surya kira kira berjarak empat kali jarak Pluto dan Matahari. Heliopause ini disebut sebagai titik
permulaan medium antar bintang. Akan tetapi Bola Roche Matahari, jarak efektif pengaruh
gravitasi Matahari, diperkirakan mencakup sekitar seribu kali lebih jauh.
Heliopause
heliosheath
Heliopause dibagi menjadi dua bagian terpisah. Awan angin yang
bergerak pada kecepatan 400 km/detik sampai menabrak plasma dari medium
ruang antarbintang. Tabrakan ini terjadi pada benturan terminasi yang kira kira
terletak di 80-100 SA dari Matahari pada daerah lawan angin dan sekitar 200 SA
dari Matahari pada daerah searah jurusan angin. Kemudian angin melambat
dramatis, memampat dan berubah menjadi kencang, membentuk struktur oval yang
dikenal sebagai heliosheath,
dengan kelakuan mirip seperti ekor komet, mengulur keluar sejauh 40 SA di
bagian arah lawan angin dan berkali-kali lipat lebih jauh pada sebelah lainnya.
Voyager 1 dan Voyager 2 dilaporkan telah menembus benturan terminasi ini dan
memasuki heliosheath, pada
jarak 94 dan 84 SA dari Matahari. Batasan luar dari heliosfer, heliopause, adalah titik tempat angin
surya berhenti dan ruang antar bintang bermula.
Bentuk
dari ujung luar heliosfer kemungkinan dipengaruhi dari dinamika fluida dari
interaksi medium antar bintang dan juga medan magnet Matahari yang mengarah di
sebelah selatan (sehingga memberi bentuk tumpul pada hemisfer utara dengan
jarak 9 SA, dan lebih jauh daripada hemisfer selatan. Selebih dari heliopause, pada jarak sekitar 230 SA,
terdapat benturan busur, jaluran ombak plasma yang ditinggalkan Matahari
seiring edarannya berkeliling di Bima Sakti.
Sejauh
ini belum ada kapal luar angkasa yang melewati heliopause, sehingga tidaklah mungkin mengetahui kondisi
ruang antar bintang lokal dengan pasti. Diharapkan satelit NASA voyager akan
menembus heliopause pada
sekitar dekade yang akan datang dan mengirim kembali data tingkat radiasi dan
angin surya. Dalam pada itu, sebuah tim yang dibiayai NASA telah mengembangkan
konsep "Vision Mission" yang akan khusus mengirimkan satelit penjajak
ke heliosfer.
Awan Oort
Artikel
utama: Awan Oort
Gambaran seorang artis
tentang Awan Oort
Secara
hipotesis, Awan Oort adalah
sebuah massa berukuran raksasa yang terdiri dari bertrilyun-triliun objek es,
dipercaya merupakan sumber komet berperioda panjang. Awan ini
menyelubungi matahari pada
jarak sekitar 50.000 SA (sekitar 1 tahun cahaya) sampai sejauh 100.000 SA (1,87
tahun cahaya). Daerah ini dipercaya mengandung komet yang terlempar dari bagian dalam
Tata Surya karena interaksi dengan planet-planet bagian luar. Objek Awan Oort
bergerak sangat lambat dan bisa digoncangkan oleh situasi-situasi langka
seperti tabrakan, effek gravitasi dari laluan bintang, atau gaya pasang galaksi, gaya pasang
yang didorong Bima
Sakti.[77][78]
Sedna
Artikel
utama: Sedna
Foto teleskop Sedna
90377
Sedna (rata-rata 525,86 SA) adalah sebuah benda kemerahan mirip Pluto dengan
orbit raksasa yang sangat eliptis, sekitar 76 SA pada perihelion dan 928 SA
pada aphelion dan berjangka orbit 12.050 tahun. Mike Brown, penemu objek ini
pada tahun 2003, menegaskan bahwa Sedna tidak merupakan bagian dari piringan tersebar ataupun
sabuk Kuiper karena perihelionnya terlalu jauh dari pengaruh migrasi Neptunus.
Dia dan beberapa astronom lainnya berpendapat bahwa Sedna adalah objek pertama
dari sebuah kelompok baru, yang mungkin juga mencakup 2000 CR105. Sebuah benda
bertitik perihelion pada 45 SA, aphelion pada 415 SA, dan berjangka orbit 3.420
tahun. Brown menjuluki kelompok ini "Awan Oort bagian dalam", karena
mungkin terbentuk melalui proses yang mirip, meski jauh lebih dekat ke
Matahari. Kemungkinan besar Sedna adalah sebuah planet katai, meski bentuk
kebulatannya masih harus ditentukan dengan pasti.
Post a Comment